Di Indonesia, khususnya di pedesaan yang masih bisa menerima apa yang disebut pernikahan melalui proses “dijodohkan” oleh orang tua, masih sering ditemukan keluarga yang pernikahannya sama sekali tidak bermodalkan cinta, akan tetapi pernikahan mereka bisa bertahan sampai tua. Suatu pernikahan yang dibangun dan direncanakan bukan “atas nama cinta” seperti kebanyakan pernikahan jaman sekarang. Cinta, kalau pun ada, mereka bangun “tanpa sadar” dalam perjalanan pernikahan mereka, on going process. Apa sesungguhnya yang membuat pernikahan mereka bisa bertahan?
Sebuah keluarga bukan tidak mungkin dibangun melalui pernikahan tanpa cinta, tapi mungkinkah dengan tanpa rasa saling percaya? Ketika rasa saling percaya itu mulai merapuh dan runtuh, cinta pun tak bisa berkata apa-apa. Karena penghianatan yang sebenarnya dalam hubungan percintaan adalah penghianatan atas kepercayaan. Atau mungin kepercayaan merupakan bagian integral dari cinta, walau pun tidak dalam kebalikannya.
Sepasang kekasih sangat biasa mengatakan, “Aku mencintamu”, tapi agak jarang mengatakan, : “Aku mempercayai mu”. Bila dalam cinta ada kepercayaan, maka sesungguhnya ungkapan dari “Aku mencintaimu” adalah juga bermakna “Aku mempercayaimu”. Cinta dan kepecayaan mungkin bisa diibaratkan seperti jasad dan ruhnya, yang sering ditampilkan kepermukaan adalah “ungkapan cinta”, namun dibelakang itu kepercayaanlah yang menghidupi cinta.
Terdapat sebuah pertanyaan, kapan dan bagaimana cinta dan kepercayaan itu tumbuh?
Pada awalnya, setiap orang mendapatkan orang lain sebagai seseorang sebagai orang yang bisa dipercaya, sampai ditemukan kenyataan bahwa orang itu nyata-nyata tidak bisa dipercaya. Dengan demikian, pada dasarnya setiap orang bisa berdampingan dengan orang lain yang baru ditemuinya, karena asal keadaan tiap orang itu bisa dipercaya. Dengan kata lain, bibit cinta itu telah ada pada setiap orang, yaitu kepercayaan yang merupakan ruh dari cinta. Tinggal bagaimana ia membagun jasad cinta, rumah bagi kepercayaan.
Bila kita menemukan ada orang yang begitu sulit tuk mempercayai orang lain yang baru ditemuinya, biasanya dikarenakan ada trauma, terdapat pengalaman penghianat atas kepercayaan yang sangat merugikannya, atau bahkan membuatnya celaka. Orang yang mengalami trauma seperti ini, akan sulit tuk mencintai, apalagi mencintai orang yang telah menghianati kepercayaannya.
Cinta Dan Kepercayaan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment